Masinis Baru Harapan Baru
>> 25 Februari 2009
Hari ini terjadi pergantian masinis baru di jajaran PT Kereta Api Indonesia (KAI). Mudah-mudahan pergantian ini bukan sekedar refreshment belaka namun mampu memperbaiki kinerja satu- satunya perusahaan sepur di Indonesia itu. Dari sudut pandang saya sebagai mantan karyawan PJKA (Pulang Jumat Kembali Ahad) yang wira-wiri menyusuri rel selama 4 tahun dari Semarang ke Jakarta terdapat beberapa hal yang harus dibenahi agar PT KAI agar kembali menjadi primadona :
- Ketepatan waktu, inget banget sama lagunya Iwan Fals..."kereta terlambat dua jam itu biasa" dan memang ketepatan waktu adalah masalah klasik yang paling sering dikeluhkan oleh pengguna jasa kereta api.
- Kenyamanan, dengan harga tiket yang menurut saya cukup mahal rasanya kenyamanan menggunakan moda transportasi ini masih jauh panggang dari api. Di kelas eksekutif saja fasilitas penunjang kenyamanan penumpang selama perjalanan sepertinya kurang terpelihara, lihat saja kondisi fisik kursi penumpang, bantal , selimut serta TV yang sudah uzur dan sering mati. Kondisi kereta kelas bisnis dan ekonomi jauh lebih mengenaskan. Kipas angin mati, tanpa penerangan, toilet pesing, jendela tidak bisa dibuka atau ditutup serta kursi penumpang yang ala kadarnya merupakan sederet fasilitas yng akan anda dapatkan.
- Pelayanan, Satu hal yang paling mengusik saya dalam masalah pelayanan ini adalah cara menawarkan makanan kepada penumpang yang tidak jelas, banyak penumpang terkecoh karena menganggap sebagai komplimen, ternyata buntut-buntutnya mesti bayar.
- Keamanan, banyaknya calo tiket, penumpang gelap, pedagang asongan bahkan copet , serta taxi gelap yang beroperasi di dalam stasiun dirasakan mengurangi keamanan penumpang mulai dari stasiun keberangkatan, selama perjalanan hingga tiba di tujuan.
- Hobi Anjlok, hehehehe kalo untuk yang satu ini saya pilih No Comment deh, saking seringnya kejadian kereta atau rel anjlok. Sudah kaya minum obat saja ...bisa terjadi tiga kali sehari..apalagi di musim hujan seperti saat ini.
2 comments:
untuk masalah keamanan dan kenyamanan ndak bisa dijamin... lha wong sejak jaman londo ndak ada saingan jadi mau ngapain/diapain ajah kayanya sah sah saja. dari dulu jumlah simpang relnya juga ndak nambah-nambah mungkin faktor prasarana kudu diutamakan jadi mungkin kita ndak bisa melulu menimpakan kesalahan kepada keretanya atw masinisnya bila terjadi kecelakaan
masalah ndak ada saingan kayaknya kurang tepat kalo dijadikan alasan untuk tetap keukeuh tidak meningkatkan keamanan dan kenyamanan, rasanya kalo pihak KAI mau belajar best practice manajemen perkeretaapian dengan benchmarking kereta api di negara tetangga yang sudah lebih beradab... rata2 perusahaan kereta api di luar negeri juga tanpa pesaing tapi mereka bisa kok mencipatakan keamanan dan kenyamanan. Kalo mengenai prasarana dan jalur saya sependapat. CMIIW thx om yuli atas komennya
Posting Komentar