header

Sekolah Kehidupan

>> 12 Juli 2009

Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri Cina, demikian sebuah hadist Nabi mengatakan. Maksudnya adalah belajar tidak mengenal waktu dan tempat, kapanpun dan dimanapun proses menjadi lebih pintar dan bijaksana dapat dilakukan. Hal itulah yang coba ditanamkan pada anak anak SD Regina Pacis Bogor 7 Mei 2009 silam . Sebuah pemandangan yang menarik perhatian saya di gerbong nomor 2 KRL Pakuan Exspres tujuan Bogor - Jakarta Kota. Ketika kereta menunggu diberangkatkan, naiklah serombongan pengamen ke atas gerbong. Saat bersiap untuk memulai aksi gerbongnya -aksi panggung kan kalo dilakukan di panggung- tiba-tiba tiga bocah tanggung muncul dan berkata "Bang boleh ikut ngamen ya" dan tanpa sungkan ketiganya mengeluarkan properti, kicrikan (bahasa jawa, saya malas mencari padanan kata bahasa Indonesianya) dan langsung in action. Dua buah lagu ST 12 pun mengalun diiringi hentakan kicrikan dan sesekali lengkingan vocal polos mereka. Selesai beraksi, topi buat menampung recehan pun mereka edarkan. Saya mengeluarkan selembar ribuan dan memasukkan kedalamnya. Sambil lalu saya iseng bertanya Dik, kok ikutan ngamen emang nggak malu? . Dan jawaban yang keluar dari mulut bocah itu sungguh membuat saya speechless, Lho ngapain malu om, ini kan cari duit halal bukan nyolong atau korupsi. Ironis, sebuah kearifan dan kedewasaan muncul bukan dari orang yang mengaku sudah dewasa, justru dari mereka yang selalu kita anggap anak ingusan, bocah kemaren sore.

Seandainya semua orang dewasa seperti mereka




0 comments:

Bike To Work

  © Free Blogger Templates Autumn Leaves by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP