header

Mampir Pulang

>> 11 Juli 2009

Minggu kemaren sempet pulang kampung ke desaku yang tercinta, Malebo Kandangan Temanggung. Sengaja perjalanan ke sana dibuat sambung-menyambung menjadi satu, seperti layaknya backpacker (hehehehe cita-cita yang belum kesampaian nih). Pesawat Lionair take off dari Bandara Soetta jam 06.30 dan landing di Bandara Adi Sucipto jam 07.30 lanjut dengan carter taksi ke terminal Jombor, damn muahal banget Rp 60.000 hehehehe apa boleh buat sejak jaman kuliah di jogja 10 tahun yang lalu sampe sekarang memang sangat susah mencari taksi yang mau pake argometer, kebanyakan pasti minta borongan. Sempet kepikiran mo naek Tranjogja alias Busway ala Jogjakartahadiningrat, tapi nyari haltenya di bandara ngak ketemu. Atas nama mengenang memori jaman kuliah, saya memutuskan naik bis patas dari Jombor ke Magelang. Bis patas Nusantara jurusan Jogja-Semarang, ongkosnya Rp 14.000 sampe Magelang. Padahal dulu jaman kuliah cuma cenggo alias Rp 1.500 .

Perjalanan dari terminal Magelang menuju kota Temanggung Bersenyum ditempuh kurang dari satu jam pake bus kecil kayak metromini. Bus-bus ini melayani trayek Magelang-Wonosobo PP dan Magelang-Sukorejo PP. Destination point di Maron, Temanggung dengan ongkos Goceng alias Rp 5.000.


Dari pertigaan maron menuju desaku yang tercinta harus naik angkudes alias Angkutan pedesaan warna merah Jalur 2. Ada tiga jalur angkudes yang biasa ngetem di pertigaan Maron. Jalur 1 melayani trayek Temanggung - Kandangan - Tepusen - Kaloran PP. Jalur 2 melayani Temanggung-Kandangan-Malebo-Gemawang PP. Jalur 3 melewati Temanggung -Kandangan-Rawaseneng PP. Ongkosnya rata-rata Rp 2.500 - Rp 3.000 tergantung jarak. Karena kelamaan ngetem, dari maron sampai desaku tercinta butuh waktu 30 menit padahal jaraknya cuma 9 kilometer dan biasanya hanya 15 menit. Yang menarik perhatian saya kali ini ada yang sedikit berubah dari angkudes-angkudes ini. Hampir semuanya tidak pake kenek /kernet alias cuma ada sopir saja. Padahal dulu kala setiap angkudes selalu punya kenek. ternyata sepinya penumpang memaksa pemilik angkudes menerapkan kebijakan memPHK-kan kenek supaya penghasilannya tidak berkurang jauh. Usut punya usut sepinya penumpang, yang sebagian besar anak sekolah dan pedagang pasar karena mewabahnya motor kriditan sampai ke pelososk desa termasuk desaku. Atas alasan kepraktisan orang desapun lebih memilih naik motor ketimbang harus ngangkudes.

0 comments:

Bike To Work

  © Free Blogger Templates Autumn Leaves by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP